berbagi informasi tentang Public Service. sementara fokus pada Pelayanan publik di Kota Semarang

Beberapa hari ini muncul pemberitaan tentang gaya hidup mewah yang dimiliki oleh sejumlah anggota DPR, salah satunya Bambang Soesatyo. Mobil...

Bermewah-mewahan itu menyakitkan

Beberapa hari ini muncul pemberitaan tentang gaya hidup mewah yang dimiliki oleh sejumlah anggota DPR, salah satunya Bambang Soesatyo. Mobilnya yang yg harganya miliaran dan lebih dari satu itu dianggap terlalu berlebihan.

sebagaimana yang diungkapkan salah seorang Pendiri LSM Bendera Adian Napitupulu :korupsi menyangkut persoalan hukum.

"Harus dihitung, gaji per bulan ditambah tunjangan jadinya berapa, apakah sesuai dengan harga mobil mewah yang dimiliki," 

Sementara bergaya hidup mewah, lanjutnya, adalah persoalan etis, khususnya bagi para wakil rakyat yang mengemban amanat rakyat dan hidup dari pajak rakyat.
"Ibaratnya ada orang di samping kita meninggal, lalu kita ketawa. Atau, ada orang kelaparan di samping kita, tapi kita malah makan dalam jumlah yang banyak. Itu memang hak, tapi apakah pantas, analoginya seperti itu,"


yahh, memang pada kenyataannya masyarakat kita ini terbilang hedonis, tidak hanya anggota DPR saja. Banyak kalangan berduit lain yang memilih gaya hidup jauh di atas rata-rata. kalau saat ini yang jadi sorotan hanya DPR saja itu wajar, karena gaji DPR itu diambil dari uang rakyat. menurut saya hal ini sangat menyakitkan bagi rakyat kecil, seperti saya ini.

Pengamat pendidikan Arif Rahman Hakim menilai banyak pejabat negara yang  hidup mewah karena melupakan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Selain itu, pejabat sering melupakan keseimbangan materi dan spiritualisme.

Kondisi itu membuat para pejabat tidak memiliki kekuatan batiniah secara kuat. Moralnya juga terganggu dan tidak jadi lebih baik karena pikirannya dikuasai materi.
Jadinya, mereka menggeser masalah ketuhanan menjadi keuangan yang mahakuasa. Karena itu, ia tak heran banyak pejabat bergaya hedonis dan lupa terhadap masyarakat yang harus disejahterakannya.

Selain itu, kata Arif, pejabat juga menjadi antisosial dengan tidak mau bergaul dengan rakyat kecil. Mereka tidak bisa lagi merasakan penderitaan hidup masyarakat marjinal. Sehingga rasa kebersamaan berganti menjadi sikap individualisme yang menghinggapi para pejabat.

"Pejabat identik kepada gaya dan seremoni, serta kemewahan. Mereka mengajari orang miskin agar tidak hidup sederhana," kritik Arif.
Saya sebagai rakyat biasa cuma bisa menyarankan pada bapak-bapak yang ada di kursi legislatif, mbok ya ditahan keinginannya untuk mengoleksi mobil mewah, lha wong rakyat kita ini banyak juga yang belum punya rumah, makan susah, mau berobat susah, apalagi sekolah. Saya ngomong begini bukannya serik atau iri, mudah-mudahan kalau saya atau pembaca nanti kaya bisa menjaga perasaan rakyat jelata dengan memilih hidup sederhana.Amiin Ya Allah Amiin