berbagi informasi tentang Public Service. sementara fokus pada Pelayanan publik di Kota Semarang

JAKARTA - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengungkapkan, ada empat penyebab tersingkirnya partai politik (parpol) I...

Penyebab merosotnya dukungan terhadap parpol Islam



JAKARTA - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengungkapkan, ada empat penyebab tersingkirnya partai politik (parpol) Islam dari posisi lima besar parpol, ditambah merosotnya dukungan menjelang Pemilu 2014.

"Pertama, makin kentalnya fenomena 'Islam Yes Partai Islam No.' Ini bukan istilah gerakan politik, tapi sudah menjadi fakta politik," ujar Adjie saat mengulas hasil survei LSI Oktober 2012 di kantornya,

Menurut Adjie, mulanya istilah yang dicetuskan cendekiawan Muslim Nurcholis Madjid adalah bentuk kampanye, agar Islam tidak ditarik dalam politik, tapi dibiarkan hidup dalam sifatnya yang kultural, tapi belakangan, ini menjadi nyata.

Menurut survei, sebanyak 67,8 persen responden memilih parpol nasionalis. Meski mayoritas warga Indonesia beragam Islam, tapi ke-Islaman mereka hadir dalam ritus kultural dan terlihat dalam kesolehan individu, serta tidak teraktualisasi dalam pandangan atau aspirasi politiknya.

Musabab kedua, pendanaan untuk mengangkat citra dan mobilisasi jaringan parpol nasionalis seperti Golkar, PDI Perjuangan, Demokrat, Gerindra, dan Nasdem, lebih kuat ketimbang parpol Islam seperti PKS, PAN, PPP, dan PKB.

Sebanyak 85,2 persen responden menilai, parpol berbasis Islam kurang memiliki modal ketimbang partai nasionalis.

Musabab ketiga, munculnya anarkisme yang mengatasnamakan Islam oleh kelompok tertentu, membawa dampak munculnya kecemasan kolektif masyarakat Indonesia pada umumnya. Sehingga, mereka lebih memilih parpol nasionalis.

"Selain itu, gejala tuntutan dan pemberlakuan syariat Islam di beberapa daerah, menjadi referensi bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, bahwa ada agenda syariat Islam jika yang berkuasa adalah parpol Islam. Sebanyak 46,1 persen publik percaya itu," paparnya.

Musabab terakhir, fleksibelnya parpol nasionalis yang semakin terbuka mengakomodasi kepentingan dan agenda kelompok Islam, terlepas dari motifnya yang substantif atau simbolik, seperti yang dilakukan PDIP dengan membentuk Baitul Muslimin.

Selain itu, Adjie menjelaskan, banyak tokoh-tokoh Islam yang diakomodasi parpol nasionalis, baik dalam struktur partai maupun dalam rekrutmen anggota parlemen. Sehingga, 57,8 persen publik percaya parpol nasionalis.


SUMBER;http://www.tribunnews.com