Wajah kekuasaan di berbagai tingkatan mencapai tahapan yang saya percaya akan dikoreksi oleh zaman. Jika memang para polisi, jaksa, hakim, bahkan demo besar tidak mampu mengubah keadaan, maka zamanlah yang akan memanggil nilai-nilainya sendiri. Bukankah sejarah keberadaan manusia juga memberikan banyak pelajaran tentang hal itu. Sehebat apa pun, Fir’un akhirnya datang juga Musa.
Fir”un dalam konteks kekinian, bukanlah sesosok manusia di mana dia bisa mendiktekan semua keinginan. Sekali telunjuk tergerak dari tangannya, semua berada dalam geganggam. Jika mata bergerak melirik, orang pasti mengira akan terjadi sesuatu. Jika gerak tubuh menjadi tidak biasa, dipastikan dia akan terjadi bencana. Bahasa tubuh menyiratkan banyak hal, dan karena itu dia menjadi tidak waras.
Tetapi Fir’un di zaman ini adalah sekumpulan orang yang memiliki kekuasaan, tetapi fondasinya adalah gerombolan. Seorang tidak bisa bekerja sendiri tanpa melibatkan orang lain yang senafas, sebatin, dan sekeinginan. Maka, sekarang ini tidak akan pernah ditemukan pelaku tunggal. Bahkan, seorang Gayus Tambunan pun tidak sendirian bermain.
Fir’un dikoreksi Musa, Herodes dikoreksi Isa, Bilqis dikoreksi Sulaiman, dan kaum Jahiliah dikoreksi Muhammad. Dulu di sini, bandul kekuasaan lebih berat di eksekutif, lalu dikoreksi zaman berpindah ke legislatif. Sekarang, bandul kekuasaan ada di yudikatif. Bandul ini terus akan bergerak menemukan keseimbangan baru, dan itulah panggilan zaman.
Wajah kekuasaan yang menjenuhkan sekarang ini saya yakini juga akan dikoreksi zaman. Keadaan akan diubah dengan keadaan yang lebih baru, Kejenuhan akan diubah menjadi menyegarkan. Orang-orang serakah akan diganti orang-orang jujur, boros akan diganti hemat, gila kekuasaan akan diganti orang amanah, kebohongan akan diganti kejujuran, demikian seterusnya.
Kekuasaan di zaman baru itu akan menampilkan wajah dengan tiga pilar kekuatan, yakni bahwa semua yang ada pada kekuasaan itu sesungguhnya bukan miliknya. Kekuasaan yang tidak amanah akan selalu menganggap tidak ada orang lain, karena mereka merasa mendapatkannya dengan jalan sendiri. Mungkinkah, kekuasaan tanpa orang lain ? Justru yang terjadi sebaliknya, orang memiliki kekuasaan karena ada orang lain. Jika tidak ada orang lain, mungkinkah kekuasaan itu ada. Maka, kekuasaan sesungguhnya bukan milik pribadi-pribadi. Orang yang pertama akan dikoreksi zaman, adalah orang-orang yang tidak amanah.
Jika bangunan kesadaran keamanahan itu ada, maka akan memunculkan wajah kekuasaan penuh keikhlasan. Orang amanah, hampir pasti dan pasti ikhlas. Amanah yang ditopang dengan fondasi keikhalasan akan mendapatkan kekuasaan yang lebih besar dari tubuhnya sendiri. Seperti matahari yang selalu ikhlas memberikan sinar kepada siapa pun dalam jumlah yang sama. Pemimpin yang mewarisi sifat-sifat matahari akan memberikan sinar kehidupan kepada menteri, pengusaha sama persisnya dengan yang diberikan kepada fakir miskin.
Jika kekuasaan itu sudah amanah, dan ikhlas maka kejujuran bisa dihadirkan. Pertanyaan pentingnya adalah, seberapa besar kejujuran telah diberikan oleh para pemegang kekuasaan sekarang in I ? Jika tidak ada, maka koreksi zaman semakin dekat terjadi.
Pastikan, zaman akan memanggil generasinya sendiri.
Hendro Basuki
Pemimpin Redaksi Suara Merdeka
Sumber : blog.suaramerdeka.com